Search site


Isep Ujungnya ... Enak Deh !!!

23/10/2010 20:41

Yah... Yang panjang memang mengundang kenikmatan tersendiri dan dapat menyebabkan ketagihan bagi mereka dan bagi sebagian dari kita. Entah karena rasanya yang memang menggiurkan dan sangat nikmat sehingga dapat menyebabkan mata kita merem – melek, (ya...iyalah masa orang idup mao merem mulu atau melek mulu sih...!!!). Atau karena ukurannya yang panjang dan fantastis serta dapat mengundang hasrat untuk kita menjamahnya. Karena kebanyakan dari mereka atau bahkan kita sendiri hanya memprioritaskan kuantitas “ukuran” dibandingan dengan kualitas. Atau bahkan mungkin karena memang yang panjang selalu berkonotasi negatif sehingga mengundang rasa penasaran dalam hati untuk merengkuh kenikmatan duniawi tersebut. Tapi yang jelas yang panjang itu nikmat dan dicari banyak orang. “katanya!!!”

Et... Jangan ngeres dulu... Meski banyak orang yang mencibirnya, menghindarinya atau bahkan membencinya. Kegiatan yang dilakukan bersama “si panjang” ini tetap berjalan dengan baik dan sebaik – baiknya. Ibarat pepatah bule mengatakan ”show must go on”. (kalo ngga salah)!!!

Tak lagi terhiraukan ketika sebagian besar orang mengatakan dampak yang tidak baik tentang bahaya rokok dan produk sejenisnya. Mungkin karena hal ini sangat privasi untuk sebagian dari mereka “perokok aktif” atau mungkin karena mereka dan termasuk penulis memang sangat mencintai kegiatan satu ini yang dianggap oleh sebagian dari mereka tidak banyak bermanfaat. Tetapi inilah indahnya, ketika kegiatan seperti ini dianggap kurang bermanfaat atau tidak baik sama sekali, kami “perokok aktif” malah dengan nikmatnya tetap menghisap untaian tembakau demi tembakau yang menjadi satu kesatuan utuh dalam lintingan kertas putih nan suci dengan merk rokok, layaknya NKRI yang terbentuk atas kepulauan – kepulauan dalam satu ideologi dan falsafah Pancasilanya.

Peran akitif  pemerintah dan masyarakat dalam menanggulangi tingkat perokok yang semakin melonjak seolah tak lagi berarti bagi kaum perokok, mulai dari memasang resiko akan dampak rokok dalam kemasan produk rokok, memampang dan memaparkan bagian – bagian organ tubuh yang dapat rusak akibat rokok, atau membuat peraturan dengan denda setinggi – tingginya bagi perokok yang melanggar, hingga terciptanya labelitas haram untuk produk bernikotin tersebut.

Tak dapat dipungkiri memang bahwa rokok dan kegiatan sejenisnya seolah sudah menjadi rutinitas dan ritual wajib bagi kami “perokok aktif” dalam menjalani rutinitas dan problematika hidup ini, seperti jenuh dalam berkerja, pengisi waktu luang, mengundang kreatifitas dan inspirasi yang dapat menari dalam pikiran layaknya hembusan asap rokok yang dengan indah menari tertiup angin, pengusir rasa sterss dan depresi dalam jiwa atau bahkan hanya kegiatang iseng – iseng saja. Tapi setidaknya itulah sedikit alasan kenapa mereka tetap merokok hingga kini.

Penulis tak tahu banyak tentang alasan dari kebanyakan perokok untuk tetap mempertahankan budaya menghisap untaian tembakau yang indah itu. Atau mungkin rokok sudah menjadi budaya dan sangat berbudaya bagi kami “kaum perokok” dalam menapaki rutinitas  kehidupan ini. Yang penulis sedikit ketahui tentang alasan kenapa penulis tetap mempertahankan budaya rokok dan merokok dalam diri ini adalah karena penulis hanya ingin membantu para karyawan pabrik rokok untuk mempertahankan senyum mereka ditengah keluarganya atau mungkin karena rokok dianggap haram hukumnya bagi sebagian orang, maka penulis coba membantu fatwa yang telah dikeluarkan tersebut dengan cara membakar rokok tersebut (bakar ujungnya aja terus isep lagi ah...),

Tapi yang jelas merokok atau kegiatan sejenisnya sering kali kita jumpai dalam kehidupan sehari – hari, dimanapun dan kapanpun. Merokok adalah kegiatan merakyat yang dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja tanpa memandang status atau golongan dalam setiap lapisan masyarakat karena setiap dari mereka dapat melakukan ini. Tak ada alasan untuk menyalahkan mereka yang dengan ikhlas hatinya serta dengan loyalitas tinggi untuk mempertahankan budaya rokok tersebut. Tak perlu mengajak generasi – generasi penerus dalam memperkenalkan dan menjaga serta melestarikan budaya rokok dan merokok, karena dengan sendirinya kita yang lebih dahulu memperkenalkan dan mengajarkannya dengan cara afektif “sikap”. Begitu pula kita memperolehnya dari generasi sebelum kita.

Kita ngga bisa nyalain karyawan pabrik rokok.

Kita ngga bisa nyalain tukang rorok.

Kita ngga bisa nyalain kenapa mereka merokok.

Yang kita bisa nyalain, Cuma rokok doang, terus isep lagi...